-->

Saturday 12 April 2014

Andai AKU JALAN KAKI, Masihkah Engkau Selalu Ada Untukku?

Berjalan kaki kadang bikin sakit hati. Berjalan kaki kadang bikin gengsi. Bikin kita tidak menarik. Itu kadang juga bisa menimbulkan ketidaknyamanan. Sejumlah alasan lain bisa aku sampaikan di sini.
Berjalan kaki bisa jadi penyakit kurang menyenangkan, terutama ketika kita melihat orang-orang di sekitar kita menaiki sepeda motor.  Menaiki mobil avansa dan sederet nama mobil yang seksi, dan memang nyaman ditempati selama perjalanan.

Lalu, apakah yang menarik dengan berjalan kaki? Mungkin asumsi aku bahwa berjalan kaki kurang menyenangkan bisa dibantah oleh orang lain yang memang suka berjalan kaki terutama ketika sedang pergi ke sekolah, ke kampus atau ke tempat apapun, asalkan jaraknya tidak jauh. Berjalan kaki selalu jadi kenyataan yang mungkin bisa diwakili dari ekonomi si pelaku meski hal itu tidak bisa digeneralisasikan. Karena ada juga orang berjalan kaki meski ia sangat kaya raya dan cukup untuk sekadar beli mobil.


Teman-teman, judul di atas aku ambil dari buku karya Edi Mulyono, Andainya AKU BERJALAN KAKI, Masihkah engkau selalu ada untukku? Kedengarannya, judul itu sangat keren. 
Aku hanya ingin menyampaikan bahwa berjalan kaki menghadirkan kenangan. Kadang aku suka berjalan kaki ketika bepergian. Berjalan kaki selalu memberikan kenangan. Ya, aku bisa melihat hal-hal baru di sampingku. Hal-hal yang bisa aku nikmati sebagai bagian dari kehidupanku.
Sayangnya, aku kadang menjadi kurang enak. Entah kenapa, aku sendiri belum menemukan alasan yang cukup sebagai jawaban. Aku kadang tidak enak. Ketika suatu hari aku berjalan kaki dan di jalan aku bertemu dengan orang yang aku sukai mengendarai sepeda motor, apalagi membawa avansa. Mentalku seperti runtuh. Mentalku seperti berada di titik kehancuran.
Jika hari ini aku berjalan kaki, berjalan kaki ke tempat-tempat terdekat atau terjauh yang menjadi tempat tujuanku. Maka semoga esok hari, aku bisa mengendarai sepeda motor sebagai langkah-langkah untuk lebih cepat pada tujuan. Sekali lagi berjalan kaki itu tidak enak ketika kita tidak mampu menerima keberadaan dan kondisi kita itu.
Kini, maafkan aku wahai kekasihku. Jika kamu melihat aku masih berjalan kaki. Berjalan kaki dengan kemampuan ekonomiku yang pas-pasan. Berjalan kaki karena aku belum memiliki apa-apa. Kamu mungkin tidak rela aku lepaskan tapi jika berjalan kaki yang merupakan aktivisku membuat kamu sakit hati. Sakit hati dengan segala kekuranganku. Maka aku harus dengan kata-kata ala kadarnya untuk meminta maaf kepadamu.
Jika hari ini aku berjalan kaki dan kamu tidak mampu menemaniku. Maafkan aku dengan segala keadaan ini. aku berjalan kaki dan kakiku aku gunakan untuk berjalan hingga waktu datang dan aku berhasil  dan lebih baik dari keadaanku saat ini.
Masihkah kamu ingat wahai kekasihku.
Kita berjalan kaki berdua saja. berdua dari pintu ke pintu di tiap-tiap pojok kampus menuju pintu gerbang utama.  Kita berjalan sampai-sampai kita lupa siapa saja orang berlalu lalang di hadapan kita. Kita lupa bahwa di hadapan kita ada mobil yang menjadi kendaraan dinas Rektor. Kita lupa. Kita terlalu nikmat dengan berjalan kaki.
Berjalan kaki memang sangatlah menarik untuk kita. Jika nanti aku tetap berjalan kaki. Adakah kamu masih setia menemani hari-hariku? Atau Andai aku sakit, masihkah engkau menyempatkan menjengukku?

No comments:

Post a Comment