-->

Friday, 25 April 2014

Berlayar Menuju Pulau Impian


Saya baru saja melewati hari-hari penuh kelemahan. Hari-hari yang terbiarkan dalam kesendirian, dalam kekecewaan. Mungkin tidak ada satupun orang mendengarkan dan duduk sebagai pendengar tentang nasib saya. Begitulah. Hanya sebagian teman, rata-rata teman seperjuangan di organisasi. Berbagi tips dan syarat mutlak mengejar impian. Saya diam dan berusaha untuk berhasil dalam mengejar mimpi saya ini.

Dan ketika saya keluar pintu rumah. Mata saya menjadi silau. Saya sudah menyaksikan teman-teman saya menyandang banyak gelar. Menyandang prestasi membanggakan. Saya masih baru membuka pintu dan sisa-sisa kelemahan di tubuh ini masih saya lihat dan masih saya temukan. Sungguh, menjadi lemah karena diri sendiri selalu menyakitkan. Selalu bikin onar dalam gaung pikiran yang sia-sia.

Kemanakah saya harus bergerak dan beranjak?

Saya diam dan diam. Memikirkan jalan yang bisa membuat saya lebih merdeka. Bebas dari penindasan dan dari kesia-siaan juga. Saya bebas dari segala bentuk kemunafikan hidup yang meruntuhkan moral ini.
Saya memutuskan, meski perlu belajar lebih banyak untuk istiqomah. Saya sudah berlayar dari darat menuju lautan seberang. Saya berlayar untuk meniti karir menjadi jurnalis dan penulis. Sebuah impian yang lama tercipta di dalam diri saya ini. 

Saya biarkan semua angan-angan bertebaran. Ada yang melarang dan ada juga yang mendukung. Saya kira, hari ini saya hanya perlu berlayar. Berlayar jauh. Melewati ombak yang kadang membuat saya pulang ke darat atau saya mati tenggelam di lautan. Saya hanya ingin sampai ke pulau impian. Pelayaran akan segera saya mulai dan kini saya sudah merakit perahu yang saya kira bisa tahan terhadap segala ombak yang mungkin nanti menghadang di tengah lautan.

Saya ingin terus berlayar dan semoga kesabaran dan keistiqomahan menyertai hari-hari perjuangan ini. It is not the end, it is just the  beginning of my dream. Amin.

No comments:

Post a Comment