-->

Friday, 18 April 2014

Catatan Sederhana untuk Kamu

Aku telah memilihmu, meski untuk sementara aku belum mengetahui tentang rahasia tuhan. “Adakah engkau juga terpilih untukku?

Aku ingin berdiam untuk sementara. Di saat banyak lelaki seusia atau lebih tua dariku mampu menyanyangi dan memberi kepada orang yang dicintainya. Aku memilih berdiam dan tidak ingin lebay. Cinta itu dalam. Jika kita tidak mampu menjaganya maka kita akan tenggelam dalam kesedihan dan keputusasaan. Tenggelam di lautan kemaksiatan dan juga pengharapan palsu.

Gadisku yang Manis,

Mungkin kamu perlu membaca ini, sebuah catatan kecil yang aku tulis pada suatu hari di hari minggu. Mungkin ini surat “sumpah kesetiaan” yang bisa aku tulis. Anggap saja ini surat bahwa aku selalu menjaga hati dan jiwaku. Kata-kata yang tepat seharusnya disampaikan di saat yang tepat pula. Kesetiaan yang baik diberikan di saat yang lebih baik juga, semisal kamu sudah aku “ijab” dengan segala tanggung jawab dan doa-doa para salafus shalih.

Tapi aku sudah mengatakannya kepadamu, mengatakan lebih awal tentu adalah serangkai ujian yang kelak akan ditimpakan kepadaku. Mungkin jika pun itu diperjuangkan maka ada happy ending dan bad ending. Begitulah akhir dari sebuah perjuangan. Aku mengatakan sesuatu sejujur-jujurnya dan itu keluar dari impian terdalamku.

Aku tidak tahu apakah kamu yang nanti terpilih atau bukan untukku. Sungguh sulit bagiku melepaskanmu. Tepatnya, aku akan sedikit sakit dan sakit ketika bukanlah engkau yang terpilih untukku. Sakit jika kelak bukanlah engkau yang terpilih mendampingiku. aku mungkin perlu mengingat suatu sore atau suatu malam ketika kita bercakap-cakap dan membahas apa saja yang bisa kita percakapkan.

Tapi sekarang aku hanya ingin berdiam diri dan mengejar seluruh cita-cita dan impian terbesarku. Kamu selalu ada untukku. Semoga kau tetaplah gadis manis yang aku pernah kenal. Ya, gadis manis yang pernah hadir dalam episode hari-hariku menuju masa-masa aku bermimpi menjadi seorang penulis. Mengutip kata-kata bijak seniorku, “Segala yang terlepas akan ada ganti yang lebih tepat. Tapi sampai saat ini, aku selalu merasa bahwa hanya kamulah yang selalu bisa mengerti dan bisa membuatku damai menjalani dunia ini.”

Gadisku yang manis,
Aku suka pada kata-kata Penyair, W.S Rendra ini, “Berulang kali kupanggil namamu
Di manakah engkau, wanitaku? Apakah engkau juga menjadi masa silamku?

Mungkin hanya tuhan pemberi yang baik, kepadanya aku berharap dan menyebut namamu. Menyebut namamu ketika shubuh turun dan berharap kamu selamat dan bisa mencapai semua cita-citamu. Ya, begitulah untuk sementara yang bisa aku sampaikan di sini.

No comments:

Post a Comment