-->

Monday, 14 April 2014

Catatan Sederhana untuk Kamu

Gadisku yang Manis,

Aku kira akhir-akhir ini, banyak sekali pelajaran hidup aku dapatkan dari teman-teman terbaikku. Jika kemarin, aku selalu belajar bersama. Belajar presentasi karya tulis, belajar menulis esai dan berbagai catatan penting tentang kehidupan ini. 

Mereka, selalu ada waktu untukku. Kadang mereka menelpon aku malam-malam, bercerita apa-apa yang menarik. Kadang juga mengajak aku jalan-jalan meski hanya ke tempat lama, seperti ke Pelabuhan Barat maupun Timur, sebuah tempat tongkrongan di dekat pelabuhan Kamal. Sebuah tempat tongkrongan untuk kami yang paling menyenangkan. Di sana, aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam berbicara apa saja sampai kami kehabisan topik pembicaraan. Tempat itu seperti tempat bagi para intelektual membahas gagasan besarnya.

Di sana, dulu aku bercerita ke seniorku tentang kecantikan seseorang yang berkerudung panjang meski ia tidak benar-benar cantik sih. Tapi aku menilai ia cantik karena ia memiliki akhlaq yang baik. Kamu mungkin ingn tahu meski aku tidak akan bercerita itu lebih jauh lagi. Postingan blog kali ini, aku akan bercerita kepadamu. Bercerita sesuatu yang indah tentu menarik, bukan?

Aku yakin kamu akan menemukan mutiara dari apa yang kamu baca di blog aku ini. Aku akan membuka tulisan ini dengan sebuah pertanyaan mendasar.  Bagaimana kamu bisa mendapatkan pelajaran penting tentang cinta dan mencintai?

Aku kira itu pertanyaan simple. Pertanyaan yang tidak perlu membuat kamu pusing dan kepalamu menjadi pening. Kamu bisa menjawab dari apa-apa yang bisa kamu  sampaikan sebagai jawaban. Tapi jika kamu tidak memiliki jawaban yang bisa disampaikan. Itu tidak apa-apa kok?

Sebagai aktivis remaja masjid, begitulah sebutan yang paling aku sukai sampai saat ini. Maka aku seperti berhak menyampaikan kata-kata bijak kepadamu. Inilah hal yang bisa kamu jadikan pelajaran. Suatu malam, ketika mataku masih susah dipejamkan karena habis minum kopi hampir satu cangkir. Aku mendapatkan sms, dari seseorang yang aku anggap sebagai seniorku. Ia menulis begini ke aku. Aku masih ingat kata-kata orang itu. Aku ingat karena bagiku kata-kata orang itu sangatlah penting untuk diingat. “Belum menjadi hak gadis itu ada di dalam pikiran seorang Fendi.” 

Aku pikir dan aku pikir lagi. Kenapa harus seperti itu? Apa salahnya aku suka dan mencintai seseorang? Aku pikir sampai larut malam. Mungkin di saat orang lain mendengkur dan dengkurnya sampai terdengar seperti bunyi penyiksaan. Aku malah mendengarkan gaung pikiranku dan perasaanku sendiri. Sebuah gaung pikiran yang kadang menentang bahwa nasehat itu salah atau gaung pikiran yang menerima bahwa aku memang harus seperti itu. Lalu gaung pikiran macam apakah yang aku harus menangkan?   

Aku memilih gaung yang kedua, gaung bahwa aku harus menerima pendapat itu bahwa aku tidak seharusnya memikirkan orang itu di dalam diriku sendiri. Gaung pikiran yang membuat aku harus bersabar dan menunggu sampai di waktu yang tepat. Waktu yang dijanjikan oleh allah kepada seseorang yang benar-benar berhak aku cintai. Sayangnya aku sudah terlanjur bilang kalau aku hendak menunggu dan setia kepada gadis itu. Meski begitu, gadis itu memberikan nasehat kepadaku. Aku juga banyak mengingat pesan dan percakapan aku dengan dia. Ya aku sadar meski akhirnya aku sellau hendak menjaga diri. Meski begitu, aku tidak akan pernah melupakan sesuatu kalimat puitis dan menarik dari dia. Aku ingin mengingat dalam hatiku saja. Dalam tentu aku tidak ingin memosting di dalam blog ini. Aku juga ingin sekali mengatakan kata-kata yang lebih puitis ketika aku sudah menjadi orang yang halal bagi dia. Jadi, aku sekarang harus menyimpan. Aku sekarang harus menyimpan apa-apa yang sebenarnya ingin aku katakan tapi karena itu kurang baik. Maka aku juga perlu menyimpannya. kita seharusnya hanya wajib setia kepada istri kita. Istri yang halal. Setia kepada sesuatu yang bukan milik syah kita dan ketika kita berpisah maka kita akan lebih banyak sakit hati. Benarkan?

Jadi mungkin begitulah arti kata dari seniorku tadi itu bahwa jangan dulu memikirkan gadis itu sekarang karena itu bukan waktu yang tepat. Pikirkan ia ketika ia sudah halal jadi milik kita. Tapi aku sudah terlanjur memilih dia, tapi biar jadi lebih berkah aku perlu menyimpan lagi di hati sampai waktu kita nanti bisa dipertemukan di waktu yang tepat.
Mungkin saja kata-kata di atas bisa dibantai oleh orang lain. Tapi untuk saat ini, pikiranku selalu mendukung itu kata-kata yang tepat untuk dipikirkan baik-baik.
           






No comments:

Post a Comment