Gadisku
yang Manis,
Aku kira
akhir-akhir ini, banyak sekali pelajaran hidup aku dapatkan dari teman-teman
terbaikku. Jika kemarin, aku selalu belajar bersama. Belajar presentasi karya
tulis, belajar menulis esai dan berbagai catatan penting tentang kehidupan ini.
Mereka, selalu
ada waktu untukku. Kadang mereka menelpon aku malam-malam, bercerita apa-apa
yang menarik. Kadang juga mengajak aku jalan-jalan meski hanya ke tempat lama,
seperti ke Pelabuhan Barat maupun Timur, sebuah tempat tongkrongan di dekat
pelabuhan Kamal. Sebuah tempat tongkrongan untuk kami yang paling menyenangkan.
Di sana, aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam berbicara apa saja sampai kami
kehabisan topik pembicaraan. Tempat itu seperti tempat bagi para intelektual
membahas gagasan besarnya.
Di sana, dulu aku
bercerita ke seniorku tentang kecantikan seseorang yang berkerudung panjang
meski ia tidak benar-benar cantik sih. Tapi aku menilai ia cantik karena ia
memiliki akhlaq yang baik. Kamu mungkin ingn tahu meski aku tidak akan
bercerita itu lebih jauh lagi. Postingan blog kali ini, aku akan bercerita
kepadamu. Bercerita sesuatu yang indah tentu menarik, bukan?
Aku yakin kamu
akan menemukan mutiara dari apa yang kamu baca di blog aku ini. Aku akan
membuka tulisan ini dengan sebuah pertanyaan mendasar. Bagaimana kamu
bisa mendapatkan pelajaran penting tentang cinta dan mencintai?
Aku kira itu
pertanyaan simple. Pertanyaan yang tidak perlu membuat kamu pusing dan kepalamu
menjadi pening. Kamu bisa menjawab dari apa-apa yang bisa kamu sampaikan
sebagai jawaban. Tapi jika kamu tidak memiliki jawaban yang bisa disampaikan.
Itu tidak apa-apa kok?
Sebagai aktivis
remaja masjid, begitulah sebutan yang paling aku sukai sampai saat ini. Maka
aku seperti berhak menyampaikan kata-kata bijak kepadamu. Inilah hal yang bisa
kamu jadikan pelajaran. Suatu malam, ketika mataku masih susah dipejamkan
karena habis minum kopi hampir satu cangkir. Aku mendapatkan sms, dari
seseorang yang aku anggap sebagai seniorku. Ia menulis begini ke aku. Aku masih
ingat kata-kata orang itu. Aku ingat karena bagiku kata-kata orang itu
sangatlah penting untuk diingat. “Belum menjadi hak gadis itu ada di dalam
pikiran seorang Fendi.”
Aku pikir dan aku
pikir lagi. Kenapa harus seperti itu? Apa salahnya aku suka dan mencintai
seseorang? Aku pikir sampai larut malam. Mungkin di saat orang lain mendengkur
dan dengkurnya sampai terdengar seperti bunyi penyiksaan. Aku malah
mendengarkan gaung pikiranku dan perasaanku sendiri. Sebuah gaung pikiran yang
kadang menentang bahwa nasehat itu salah atau gaung pikiran yang menerima bahwa
aku memang harus seperti itu. Lalu gaung pikiran macam apakah yang aku harus
menangkan?
Aku memilih gaung
yang kedua, gaung bahwa aku harus menerima pendapat itu bahwa aku tidak
seharusnya memikirkan orang itu di dalam diriku sendiri. Gaung pikiran yang
membuat aku harus bersabar dan menunggu sampai di waktu yang tepat. Waktu yang
dijanjikan oleh allah kepada seseorang yang benar-benar berhak aku cintai.
Sayangnya aku sudah terlanjur bilang kalau aku hendak menunggu dan setia kepada
gadis itu. Meski begitu, gadis itu memberikan nasehat kepadaku. Aku juga banyak
mengingat pesan dan percakapan aku dengan dia. Ya aku sadar meski akhirnya aku
sellau hendak menjaga diri. Meski begitu, aku tidak akan pernah melupakan
sesuatu kalimat puitis dan menarik dari dia. Aku ingin mengingat dalam hatiku
saja. Dalam tentu aku tidak ingin memosting di dalam blog ini. Aku juga ingin
sekali mengatakan kata-kata yang lebih puitis ketika aku sudah menjadi orang
yang halal bagi dia. Jadi, aku sekarang harus menyimpan. Aku sekarang harus
menyimpan apa-apa yang sebenarnya ingin aku katakan tapi karena itu kurang
baik. Maka aku juga perlu menyimpannya. kita seharusnya hanya wajib setia
kepada istri kita. Istri yang halal. Setia kepada sesuatu yang bukan milik syah
kita dan ketika kita berpisah maka kita akan lebih banyak sakit hati. Benarkan?
Jadi mungkin
begitulah arti kata dari seniorku tadi itu bahwa jangan dulu memikirkan gadis
itu sekarang karena itu bukan waktu yang tepat. Pikirkan ia ketika ia sudah
halal jadi milik kita. Tapi aku sudah terlanjur memilih dia, tapi biar jadi
lebih berkah aku perlu menyimpan lagi di hati sampai waktu kita nanti bisa
dipertemukan di waktu yang tepat.
Mungkin saja
kata-kata di atas bisa dibantai oleh orang lain. Tapi untuk saat ini, pikiranku
selalu mendukung itu kata-kata yang tepat untuk dipikirkan baik-baik.
No comments:
Post a Comment